Saturday, February 28, 2015

Pengertian Gabah dan Konversinya



Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata "gabah" dari bahasa Jawa gabah.

Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah.

Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan.

Anatomi gabah
Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah padi, sekaligus biji. Buah padi bertipe bulir atau caryopsis, sehingga pembedaan bagian buah dan biji sukar dilakukan.

Konversi Gabah
Salah satu informasi yang sangat penting sebagai dasar pengambilan kebijakan terkait komoditas padi/beras adalah data produksi, yang merupakan hasil perkalian antara luas panen dan produkstivitas.

Selama ini produktivitas yang diperoleh dari hasil survei ubinan adalah dalam kualitas gabah kering panen (GKP). Sementara data produksi yang dipublikasikan BPS adalah dalam kualitas gabah kering giling (GKG) dan data yang diperlukan Pemerintah dalam perumusan kebijakan pangan adalah dalam bentuk beras.

Penghitungan produksi padi/beras dari GKP ke GKG dan dari GKG ke beras dilakukan dengan menggunakan angka konversi GKP ke GKG dan konversi GKG ke beras. Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia, Pemerintah memberlakukan regulasi harga dalam perdagangan gabah. Muncullah istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harga:

Ø Gabah Kering Panen (GKP) :
ü  mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25% (18%<KA<25%),
ü  hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (6%<HK<10%),
ü  butir hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (7%<HKp<10%),
ü  butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.
Ø Gabah Kering Simpan (GKS) :
ü  mengandung kadar air lebih besar dari 14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18% (14%<KA<18%),
ü  kotoran/hampa lebih besar dari 3% tetapi lebih kecil atau sama dengan 6% (3%<HK<6%),
ü  butir hijau/mengapur lebih besar dari 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7% (5%<HKp<7%),
ü  butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.
Ø Gabah Kering Giling (GKG) :
ü  mengandung kadar air maksimal 14%, kotoran/hampa maksimal 3%,
ü  butir hijau/mengapur maksimal 5%,
ü  butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

Writed by Baranur

Sumber:

Aplikasi Pestisida dan Perjalanan Pestisida Setelah Penyemprotan



Petunjuk Pencampuran Pestisida

Ø Jangan mencampur pestisida di tempat tertutup, lakukan pencampuran di tempat terbuka.
Ø Jangan menyimpan campuran pestisida, pencampuran pestisida dengan air hanya dilakukan saat penyemprotan.
Ø Gunakan air bersih dan tidak mengandung kotoran yang dapat menyumbat nozel.
Ø Masukkan air terlebih dahulu ke dalam tangki, baru pestisida dimasukkan dan diaduk.
Ø Jangan menggunakan pestisida yang terlalu lama disimpan dan sudah mengalami perubahan fisik, seperti terbentuknya garam di sekitar tutup botol atau terjadi perubahan warna.
Ø Jangan melakukan pencampuran pestisida yang satu dengan yang lain jika belum yakin bahwa kedua jenis pestisida tersebut dapat dicampur. Lakukan pengetesan, jika setelah pencampuran dua jenis pestisida terbentuk endapan, atau terbentuk lapisan yang tidak menyatu, seperti minyak dengan air, atau seperti santan pecah, maka kedua jenis pestisida tersebut tidak kompatible untuk dicampur.
Ø Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih yang mempunyai cara kerja sama, sebagai contoh: Racun pernafasan dengan racun pernafasan, kontak dengan kontak atau sistemik dengan sistemik.
Ø Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih dalam satu golongan, sebagai contoh: piretroid dengan piretroid atau karbamat dengan karbamat.
Ø Buatlah campuran pestisida sesuai perhitungan luas areal yang akan disemprot.
Ø Jangan meningkatkan dosis atau konsentrasi lebih tinggi dari kisaran yang tertera pada label. Jika pada dosis atau konsentrasi tertinggi sesuai yang tercantum pada kemasan suatu pestisida tidak lagi efektif mengendalikan OPT sasaran, maka disarankan untuk mengganti dengan bahan aktif yang berbeda.

Penggunaan Surfaktan atau Lem

Penggunaan surfaktan sangat diperlukan dalam aplikasi pestisida. Permukaan daun yang memiliki lapisan lilin atau bulu-bulu halus menyebabkan kabut semprot tidak dapat melapisi secara sempurna. Oleh karena itu pemakaian surfaktan sangat disarankan pada budidaya yang berorientasi keuntungan. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air, sehingga kabut semprot yang jatuh di atas permukaan daun tidak membentuk butiran, tetapi menyebar ke seluruh permukaan daun. Selain itu surfaktan juga berfungsi sebagai perekat.

Perjalanan Pestisida

Setelah melakukan penyemprotan, maka pestisida akan terkena pengaruh lingkungan. Dengan mengetahui pengaruh yang akan terjadi setelah pestisida disemprotkan, maka akan sangat membantu untuk membuat program penyemprotan sehingga pemakaian pestisida bisa mengikuti prinsip 5 tepat.

Setelah penyemprotan, kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah tiupan angin terhadap kabut semprot, sehingga pestisida akan jatuh di tempat yang tidak diharapkan. Walaupun kabut semprot dapat mengenai sasaran, tetapi sebarannya sudah tidak merata, atau terlalu banyak kabut semprot yang terbuang, sehingga terjadi pemborosan pestisida. Kalau hal ini terjadi pada herbisida, maka tanaman utama akan beresiko terkena kabut semprot. Oleh karena itu disarankan penyemprotan tidak dilakukan saat angin bertiup kencang. Kemungkinan lain yang akan terjadi adalah :

Run off, sebagian kabut semprot yang membasahi daun akan mengalir dan jatuh ke tanah, tetesan pestisida yang jatuh ke tanah ini berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.

Penguapan, sebaiknya penyemprotan tidak dilakukan saat matahari terik.

Fotodekomposisi, penguraian pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif karena pengaruh cahaya, sehingga efektifitas pestisida berkurang.

Penyerapan oleh partikel tanah, menyebabkan tertimbunnya sisa pestisida di dalam tanah sehingga menyebabkan pencemaran tanah. Selain itu penyerapan oleh tanah juga akan menurunkan efektifitas pestisida yang memang ditujukan untuk mengendalikan OPT yang terdapat di dalam tanah.

Pencucian pestisida oleh air hujan dan terbawa ke dalam lapisan tanah bagian bawah sehingga mencemari sumber air tanah.

Reaksi kimia, yaitu perubahan molekul pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif atau tidak beracun.

Perombakan oleh mikroorganisme, bahan pembentuk pestisida setelah jatuh ke tanah akan menjadi bagian tubuh mikroorganisme.

Writed by Baranur

Bahan Aktif dan Golongan Pestisida



Bahan Aktif
Golongan
Jenis Pestisida
Fenpiroksimat
Pirazol
Akarisida
Propargit
Fenoksi
Akarisida
Spiromesifen
Ditiokarbamat
Akarisida
Tetradifon
Organoklor,
difenil
Akarisida



Abamektin
Amidin,
Avermectin
Insektisida
Akarisida
Amitraz
Amidin
Insektisida
Akarisida
Dikofol
Organoklor,
difenil
Insektisida
Akarisida
Fenpropatrin
Amidin,
piretroid
Insektisida
Akarisida
Karbosulfan
Karbamat,
organofosfat
Insektisida
Akarisida



Alfametrin (Alfasipermetrin)
Piretroid
Insektisida
Amorphous
Difenil
Insektisida
Asefat
Organofosfat
Insektisida
Asetamiprid
Piridin
Insektisida
Benfukarb
Karbamat
Insektisida
Bensultap
Tiofulfonat
Insektisida
Betasiflutrin
Piretroid
Insektisida
Betasipermetrin
Piretroid
Insektisida
Bifentrin
Piretroid
Insektisida
Bisultap
Neristoksin
Insektisida
BPMC (fenobukarb)
Karbamat
Insektisida
Buprofezin
Tiadiazin
Insektisida
Deltametrin
Piretroid
Insektisida
Diafentiuron
Tiourea
Insektisida
Diazinon
Organofosfat
Insektisida
Diflubenzuron
Urea
Insektisida
Diklorfos
Organofosfat
Insektisida
Dimehipo
Neristoksin
Insektisida
Dimetoat
Organofosfat
Insektisida
Dinotefuran
Tiosulfonat
Insektisida
Emamektin benzoat
Avermectin
Insektisida
Endosulfan
Organoklorin
Insektisida
Esfenfalerat
Piretroid
Insektisida
Etion
Organofosfat
Insektisida
Etiprol
Organofosfat
Insektisida
Etofenproks
Difenil
Insektisida
Fenfalerat
Piretroid
Insektisida
Fenitrotion
Organofosfat
Insektisida
Fention
Organofosfat
Insektisida
Fentoat
Organofosfat
Insektisida
Fipronil
Fenil-pirazol
Insektisida
Flufenoksuron
Urea
Insektisida
Formotion
Organofosfat
Insektisida
Gammasihalotrin
Piretroid,
trifenorometil
Insektisida
Heksaflumuron
Bensoyl,
urea
Insektisida
Heksitiazoks
Tiozolidin
Insektisida
Imidakloprid
Nitroimidazolidin,
neonikotinoid
Insektisida
Isoksation
Organofosfat,
azoksazol
Insektisida
Karbaril
Karbamat
Insektisida
Karbofuran
Karbamat
Insektisida
Kartophidrokloroda
Karbamat
Insektisida
Klofentezim
Tetrazin
Insektisida
Klorfenapil
Pirol
Insektisida

Klorfluazuron
Urea,
trifluorometil

Insektisida
Klorpirifos
Organofosfat,
piridin
Insektisida
Lamdasihalotrin
Piretroid
Insektisida
Lufenuron
Trifluorometil,
urea
Insektisida
Malation
Organifosfat
Insektisida
Merkaptodimetur
Karbamat
Insektisida
Metalkarb
Karbamat
Insektisida
Metidation
Orgabofosfat,
tiadiazol
Insektisida
Metipren
Juvenile,
homone,
mimic
Insektisida
Metoksifenoksida
Diazilhidrazin
Insektisida
Metomil
Karbamat
Insektisida
MIPC (isopokarb)
Karbamat
Insektisida
Monosultap
Neriktoksin
Insektisida
Novaluron
Benzoyl,
urea
Insektisida
Permetrin
Piretroid
Insektisida
Pimetrozin
Triazin
Insektisida
Piraklofos
Organofosfat
Insektisida
Piridaben
Phridazinon
Insektisida
Piridafention
Organofosfat
Insektisida
Pirimifos metil
Organofosfat,
pirimidin
Insektisida
Poksim
Organofosfat,
nitrila
Insektisida
Profenofos
Organofosfat
Insektisida
Propaksur
Karbamat
Insektisida
Protiofos
Organofosfat
Insektisida
Siflutrin
Piretroid
Insektisida
Sipermetrin
Piretroid
Insektisida
Siromazin
Triazin
Insektisida
Tetasipermetrin
Piretroid
Insektisida
Tiakloprid
Neonikotinoid
Insektisida
Tiametoksam
Triazol,
neonikotinoid
Insektisida
Tiodikarb
Karbamat
Insektisida
Triazofos
Organofosfat
Insektisida
Triflumuron
Benzoyl,
urea
Insektisida
Triklorfon
Organofosfat
Insektisida



Asam oksoklinik
Antibiotik
Bakterisida
Oksitetrasiklin
Antibiotik
Bakterisida
Streptomisin sulfat
Antibiotik
Bakterisida
Kasugamisin
Antibiotik
Fungisida
Bakterisida
Validamisin
Antibiotik
Fungisida
Bakterisida



Almunium fosetil
Organofosfat
Fungisida
Asam fosfit
-
Fungisida
Asam tolklofos
Pirimidin
Fungisida
Asibensolar-s-metil
Tiadiazol
Fungisida
Azakonazol
Triazol
Fungisida
Azoksistrobin
Pirimidin
Fungisida
Belerang
Anorganik
Fungisida
Benomil
Benzimidazol,
MBC
Fungisida
Bupirimat
Pirimidin
Fungisida
Difenokonazol
Azol
Fungisida
Dimetomorf
Morfolin
Fungisida
Dimikonazol
Triazol
Fungisida
Epoksikonazol
Diskarboksimid
Fungisida
Fenamidon
Ditiokarbamat,
organomangan,
organoseng
Fungisida
Fenarimol
Pirimidin
Fungisida
Fenbukonazol
Triazol
Fungisida
Flusilazol
Triazol,
organosilikon
Fungisida
Flutalonil
Anilida,
trifluorometil
Fungisida
Folpet
Ftalimid,
organoklor
Fungisida
Ftalida
Asam ftalat
Fungisida
Heksakonazol
Triazol
Fungisida
Iminoktadin
Diskarboksimid
Fungisida
Iprodion
Diskarboksimid
Fungisida
Iprovalikarb
Karbamat
Fungisida
Kaptan
Ftalimid
Fungisida
Karbendazim
Benzimidazol,
MBC
Fungisida
Klorotalonil
Kloronitile
Fungisida
Maneb
Ditiokarbamat,
organomangan
Fungisida
Mankozeb
Ditiokarbamat,
organomangan,
organomangan
Fungisida
Mefenoksam
Pirimidin
Fungisida
Metaflumizon


Metalaksil
Asilalanin
Fungisida
Metalaksil-M
Asilalanin
Fungisida
Metil tiofanat
Karbamat,
benzimidazol,
MBC
Fungisida
Metiram
Ditiokarbamat,
organoseng
Fungisida
Mikobutanil
Triazol
Fungisida
PCNB quintozin)
Quintizin
Fungisida
Prokimidon
Anilida,
diskarboksimid
Fungisida
Propamokarb hidroklorida
Karbamat
Fungisida
Propikonazol
Triazol
Fungisida
Propineb
Karbamat,
organoseng
Fungisida
Simoksanil
Urea
Fungisida
Siprokonazol
Triazol
Fungisida
Tebukonazol
Triazol
Fungisida
Tembaga
Anorganik
Fungisida
Tetrakonazol
Azol
Fungisida
Tiram
Ditiokarbamat,
organoseng
Fungisida
Triadimefon
Triazol
Fungisida
Triadimenol
Triazol
Fungisida
Tridemorf
Morfolin
Fungisida
Triflumizol
Trifluorometil,
imidazol
Fungisida
Zineb
Ditiokarbamat,
organoseng
Fungisida
Ziram
Ditiokarbamat,
organoseng
Fungisida
Zoxamide
Pirimidin
Fungisida