Tuesday, June 4, 2013

BERAS



Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga setinggi 1 - 1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50 - 120 cm dan lebar 2 - 2,5 cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5 - 12 mm dan tebal 2 - 3 mm.
Beras dari padi ketan disebut ketan.

Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari
  • aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
  • endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
  • embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.


 Kandungan Gizi Beras
Beras, putih, panjang, biasa
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)
1.527 kJ (365 kcal)
79 g
- Gula
0.12 g
1.3 g
0.66 g
7.13 g
11.62 g
0.070 mg (5%)
0.049 mg (3%)
1.6 mg (11%)
1.014 mg (20%)
0.164 mg (13%)
Folate (Vit. B9)
8 μg (2%)
28 mg (3%)
0.80 mg (6%)
25 mg (7%)
1.088 mg (54%)
115 mg (16%)
115 mg (2%)
1.09 mg (11%)
Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.
Source: Sumberdata Nutrisi USDA

Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat: amilosa (pati dengan struktur tidak bercabang) dan amilopektin (pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket). Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras.

Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air tajin.

Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul (rice bran). Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen makanan dengan sebutan tepung mata beras. Untuk kepentingan diet, beras dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten dalam bentuk berondong.

Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang berwarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun 2.800 SM ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg). Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang.

Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr bahan) dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

Writed by: Bara Nur

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI (SUNDEP/BELUK)



Seperti kita ketahui tanaman padi saat musim kemarau sangat rentan terhadap serangan hama penggerek batang. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya populasi hama penggerek batang ini. Perkembangan hama penggerek batang ini akan semakin pesat ketika didukung oleh cuaca yang panas dan kondisi air yang tergenang.
Kalau kita perhatikan sebenarnya serangan hama penggerek batang ini sudah mulai saat tanaman padi berada di pesemaian. Tetapi saat di pesemaian belum menunjukkan gejala yang jelas sehingga petani kurang waspada terhadap hama tersebut. 

Telur, larva dan pupa yang berada dipesemaian akan terbawa ke pertanaman padi dan akan menunjukkan gejala ambles/tanaman mati/tanaman hilang saat tanaman umur 15-30 hari. Hal ini dicirikan dengan tanaman padi yang busuk dan mati, anakan semakin sedikit, bahkan tanaman padi bisa hilang ketika umur muda. Saat tanaman padi umur 30- 45 gejala ditunjukkan dengan menguningnya daun muda tanaman padi (kadang layu/menggulung) dan mudah dicabut (sundep). Gejala ini akan berlanjut ketika tanaman memasuki vase generatif dengan gejala adanya malai tanaman padi yang tegak dan mudah dicabut karena bulirnya tidak berisi (beluk).

Ada beberapa cara Pengendalian Hama Penggerek Batang Secara Terpadu yang dilakukan Pada Daerah Serangan Endemik
1)  Pengaturan Pola Tanam
·       Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi
·       Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama
·       Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertamaü dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.

2) Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
·      Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian dan di pertanaman
·      Fisik yaitu dengan penyabutan tanaman serendah mungkin dan penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati

3)  Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid : Trichogramma japonicum: dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman)

4)  Pengendalian Secara Kimiawi
·       Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas serangan rata-rata > 5% sundep.
·       Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas persemaian)]
·       Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida butiran berbahan aktif : Carbofurant (Sidafur 3GR) dosis 20 kg insektisida granule/ha
·       Disemprot dengan insektisida berbahan aktif seperti Dimehipo (Sidatan 410 SL), Imidakloprid (Top Dor 10 WP), Fipronil (Fipros 55 EC).

Adapun cara pengendalian terhadap hama penggerek batang ini bisa dilakukan pada saat persemaian. Karena serangan hama penggerek batang ini dimulai sejak di persemaian maka kita pun dalam mengendalikan hama ini harus dimulai dari pesemaian. Memang cara ini instan dan sedikit bertentangan dengan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu, tapi apa boleh buat. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah:
  1. Gunakan benih padi yang tahan terhadap serangan hama ini (misal: cipunegara, cisokan, situbagendit, cibogo, ciherang dan IR 64)
  2. Penerapan kultur tehnis (tanam serentak) jerami dipotong pendek atau dibakar, pemberian N yang tidak berlebihan, pergiliran tanaman, membenamkan tunggak.
  3. Aplikasi seedtreatmen pada benih sebelum tanam
  4. Saat persemaian umur 5 hari aplikasikan insektisida granule (Sidafur 3GR)
  5. Ketika pesemaian berumur 18 hari dan siap tanam semprot dengan insektisida (Sidatan 410 SL, Fipros 55 EC, Top Dor 10 WP, dll)
  6. Saat aplikasi pemupukan dasar/pertama campur dengan insektisida granule sesuai dengan dosis rekomendasi. Disarankan pakai Sidafur 3GR dengan dosis yang tepat saja karena lebih ramah lingkungan.
  7. Ketika tanaman padi berumur 20 dan 40 hst semprot dengan insektisida pengendali hama penggerek batang (Sidatan 410 SL, Top Dor 10 WP , dll)
Dengan menggabungkan cara pengendalian tersebut diharapkan akan mempersempit ruang hidup bagi hama penggerek batang pada tanaman padi kita. Yang perlu diperhatikan adalah dalam menggunakan insektisida hendaknya yang selektif, gunakan insektisida yang benar-benar direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek batang pada tanaman padi. Selain itu dalam menggunakannya juga harus sesuai dengan dosis dan konsentrasi anjuran. 

Writed by:

HAMA SUNDEP DAN BELUK Oleh Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata)



Hama endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan ketinggian 200 meter diatas pemukaan laut dengan curah hujan (kurang dari 200 mm).

Tanda-tanda hama ini dimulai dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu keell berwarna putih pada sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan terbang sekitar dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan padi. Selanjutnya telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih muda dan akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu. Ulat S.Innotata selain mampu mewujudkan serangan hama sundep, mampu pula mewujudkan serangan hama beluk. Penyerangan ini dikenal dengan nama "Hama Sundep" dan "Hama Beluk",

Perbedaan Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep
Hama Beluk
Menyerang daun padi muda.  menguning dan mati. Walaupun batang padi bagian bawah masih hidup atau membentuk anak tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi.
Menyerang titik tumbuh tanaman padi yang sedang bunting sehingga buliran padi keluar, berguguran, gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-ahuan.   
Sumber: Kartasapoetra (1993)

Selain itu gejala serangan Sundep terjadi pada fase vegetatif dimana daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala serangan Beluk terjadi pada fase generatif, hal ini bisa dilihat malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva.

Sejak tahun 1912, penggerek batang padi putih dinyatakan sebagai jenis hama padi yang paling merusak di Pulau Jawa. Selama periode 40 tahun (1900 - 1940) tercatat terjadi eksplosi penggerek padi putih sebanyak 9 kali, kemudian eksplosi yang cukup luas terjadi lagi pada tahun 1990 di Jawa Barat, yakni di kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang.

Angin membantu penyebaran ngengat dan larva. Larva yang baru keluar dari telur menggantungkan diri dengan benang sutera halus pada daun padi sebagai alat pindah ke pertanaman lainnya. Pada daerah dimana terdapat pola pertanaman padi lebih dari satu kali setahun, hama ini menjadi penting artinya karena periode tersedianya makanan yang cukup panjang.

Untuk membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1.    Petani menyebarkan bibit-bibit tanaman padi di persemaian setelah tahu jadwal invasi serangan ulat-ulat ini diperkirakan telah selesai.
2.    Penanaman padi yang memiliki daya regenerasi yang tinggi.
3.    Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapat dilingkungan persemaian dan membunuh larva-larva yang baru menetas.
4.    Melakukan tindakan preventif dengan penyemprotan persemaian menggunakan insektisida yang resistensi.
5.    Bibit-bibit tanaman padi yang akan disemai dicelupkan dalam herhisida.
6.    Setelah invasi S. innotata dilakukan penyemprotan insektisida yang mematikan telur dan larva.
7.    Crop rotation (pergiliran tanaman), setelah penanaman padi batang atau jeraminya harus dibenamkan kedalam tanah/lumpur.
8.    Menarik perhatian S. innotata menggunakan perangkap jebak berwarna atau lampu petromaks.   Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
·      Ketika terlihat banyak kupu-kupu yang bertebaran disawah, siapkan petromaks.
·      Siapkan pula nampan seng sebagai tempat petromaks.
·      Cari oli bekas, yang baru beli juga boleh. Nggak tergantung merk.
·      Nyalakan lampu petromax. Harus malam hari. Tidak bisa siang hari.
·      Letakkan lampu diatas nampan yang telah diberi oli bekas.
·      Kupu-kupu sundep yang cuma muncul dimalam hari akan tertarik pada cahaya lampu, dan akan menempel pada lapisan oli di nampan seng. 
Writed by:


+