Hama
endemis ini berkembang dari dari pantai hingga daerah pedalaman dengan
ketinggian 200 meter diatas pemukaan laut dengan curah hujan (kurang dari 200
mm).
Tanda-tanda
hama ini dimulai dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu keell berwarna
putih pada sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini
melakukan terbang sekitar dua minggu, menuju daerah-daerah persemaian tanamaan
padi. Selanjutnya telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang
masih muda dan akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu.
Ulat S.Innotata selain mampu mewujudkan
serangan hama sundep, mampu pula
mewujudkan serangan hama beluk. Penyerangan ini dikenal dengan nama "Hama
Sundep" dan "Hama Beluk",
Perbedaan
Hama Sundep dan Hama Beluk.
Hama Sundep
|
Hama Beluk
|
Menyerang
daun padi muda. menguning dan mati. Walaupun
batang padi bagian bawah masih hidup atau membentuk anak tanaman baru tapi
pertumbuhan daun baru tidak terjadi.
|
Menyerang
titik tumbuh tanaman padi yang sedang bunting sehingga buliran padi keluar,
berguguran, gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-ahuan.
|
Sumber:
Kartasapoetra (1993)
Selain
itu gejala serangan Sundep
terjadi pada fase vegetatif dimana daun
tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati
akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala serangan Beluk terjadi pada fase generatif, hal ini bisa dilihat malai akan mati karena pangkalnya dikerat
oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan
bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan
larva.
Sejak tahun 1912, penggerek batang padi
putih dinyatakan sebagai jenis hama padi yang paling merusak di Pulau Jawa.
Selama periode 40 tahun (1900 - 1940) tercatat terjadi eksplosi penggerek padi
putih sebanyak 9 kali, kemudian eksplosi yang cukup luas terjadi lagi pada
tahun 1990 di Jawa Barat, yakni di kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang.
Angin membantu penyebaran ngengat dan
larva. Larva yang baru keluar dari telur menggantungkan diri dengan benang
sutera halus pada daun padi sebagai alat pindah ke pertanaman lainnya. Pada daerah
dimana terdapat pola pertanaman padi lebih dari satu kali setahun, hama ini
menjadi penting artinya karena periode tersedianya makanan yang cukup panjang.
Untuk
membasmi hama-hama ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Petani menyebarkan bibit-bibit
tanaman padi di persemaian setelah tahu jadwal invasi serangan ulat-ulat ini
diperkirakan telah selesai.
2. Penanaman padi yang memiliki daya
regenerasi yang tinggi.
3. Menghancurkan telur-telur S. innotata yang teradapat dilingkungan
persemaian dan membunuh larva-larva yang baru menetas.
4. Melakukan tindakan preventif
dengan penyemprotan persemaian menggunakan insektisida yang resistensi.
5. Bibit-bibit tanaman padi yang
akan disemai dicelupkan dalam herhisida.
6. Setelah invasi S. innotata dilakukan penyemprotan
insektisida yang mematikan telur dan larva.
7. Crop rotation (pergiliran tanaman),
setelah penanaman padi batang atau jeraminya harus dibenamkan kedalam tanah/lumpur.
8. Menarik perhatian S. innotata menggunakan perangkap jebak
berwarna atau lampu petromaks. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
· Ketika terlihat banyak kupu-kupu yang bertebaran disawah, siapkan
petromaks.
· Siapkan pula nampan seng sebagai tempat petromaks.
· Cari oli bekas, yang baru beli juga boleh. Nggak tergantung merk.
· Nyalakan lampu petromax. Harus malam hari. Tidak bisa siang hari.
· Letakkan lampu diatas nampan yang telah diberi oli bekas.
· Kupu-kupu sundep yang cuma muncul dimalam hari akan tertarik pada cahaya lampu, dan
akan menempel pada lapisan oli di nampan seng.
Writed by:
No comments:
Post a Comment