Friday, June 14, 2013

FORMULA MEDIA TANAM DALAM POT


Formula media tanam yang sudah banyak dipakai untuk media tanam dalam pot, antara lain: 
  1. Formula A: Campuran media tanam terdiri atas tanah, pupuk kandang, dan sekam atau bubuk gergaji dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam seperti ini akan sangat mudah meresapkan air (porous), sehingga media lebih cepat kering. Media ini juga tidak tahan lama sehingga harus sering dilakukan penggantian media.
  2. Formula B: Campuran media tanam terdiri atas tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 5:2:1. Menurut Fendy (1997), formulasi ini banyak dgunakan oleh para hobiis dan perusahaan pembibitan. Media ini cukup berat, gembur, dn tahan lama, serta tidak porous.
  3. Formula C: Campuran media tanam terdiri atas pupuk kandang, pasir, dan sekam atau bubuk gergaji dengan perbandingan 1:1:1. Menurut Setiyono staf peneliti Instalasi Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian (IPTP). Tlekung yang dikutip oleh Fendy (1997) dinyatakan bahwa media tanam ini merupakan media tanam yang terbaik, media tanam yang menggunakan campuran tanah lebih berat dan campuran tanah lebih memadat.
  4. Formula D: Campuran media tanam terdiri atas tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 atau dengan perbandingan 2:1:1.
  5. Formula E: Campuran media tanam terdiri atas tanah dari bawah pohon pinus, daun lamtoro yang telah difermentasi, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Fermentasi daun lamtoro dilakukan dengan cara, daun lamtoro diberi ragi tape dan dicampur kotoran burung sriti, lalu diperam dalam karung plastik selama 3-4 bulan. Selesai diperam, media tanam dikeluarkan dari karung, lalu dijemur.
  6. Formula F: Campuran media tanam terdiri atas tanah, pasir, kompos hutan, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1.
  7. Formula G: Campuran media tanam terdiri atas tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 5:1.

Media tanam yang telah jadi haru diberi insektisida dengan bahan aktif Karbofuran, seperti Sidafur 3G. Tujuannya untuk menyucihamakan (desinfektan) media tanam agar terbebas dari hama rayap, semut, dan cacing tanah. Selain itu pemberian kapur pertanian (dolomit) juga diperlukan, terutama untuk media tanam yang derajat keasaman tanah (pH tanah) tidak sesuai dengan tanaman yang akan di budidayakan.

Sumber: Cahyono, Ir.Bambang. 2009. Budidaya Buah Dalam Pot. CV.Sinar Cemerlang Abadi.
Writed & Edited by: Bara Nur

Tuesday, June 4, 2013

BERAS



Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga setinggi 1 - 1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50 - 120 cm dan lebar 2 - 2,5 cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5 - 12 mm dan tebal 2 - 3 mm.
Beras dari padi ketan disebut ketan.

Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari
  • aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
  • endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
  • embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.


 Kandungan Gizi Beras
Beras, putih, panjang, biasa
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)
1.527 kJ (365 kcal)
79 g
- Gula
0.12 g
1.3 g
0.66 g
7.13 g
11.62 g
0.070 mg (5%)
0.049 mg (3%)
1.6 mg (11%)
1.014 mg (20%)
0.164 mg (13%)
Folate (Vit. B9)
8 μg (2%)
28 mg (3%)
0.80 mg (6%)
25 mg (7%)
1.088 mg (54%)
115 mg (16%)
115 mg (2%)
1.09 mg (11%)
Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.
Source: Sumberdata Nutrisi USDA

Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat: amilosa (pati dengan struktur tidak bercabang) dan amilopektin (pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket). Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras.

Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air tajin.

Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul (rice bran). Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen makanan dengan sebutan tepung mata beras. Untuk kepentingan diet, beras dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten dalam bentuk berondong.

Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang berwarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun 2.800 SM ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg : 0,31 mg). Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang.

Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr bahan) dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

Writed by: Bara Nur

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI (SUNDEP/BELUK)



Seperti kita ketahui tanaman padi saat musim kemarau sangat rentan terhadap serangan hama penggerek batang. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya populasi hama penggerek batang ini. Perkembangan hama penggerek batang ini akan semakin pesat ketika didukung oleh cuaca yang panas dan kondisi air yang tergenang.
Kalau kita perhatikan sebenarnya serangan hama penggerek batang ini sudah mulai saat tanaman padi berada di pesemaian. Tetapi saat di pesemaian belum menunjukkan gejala yang jelas sehingga petani kurang waspada terhadap hama tersebut. 

Telur, larva dan pupa yang berada dipesemaian akan terbawa ke pertanaman padi dan akan menunjukkan gejala ambles/tanaman mati/tanaman hilang saat tanaman umur 15-30 hari. Hal ini dicirikan dengan tanaman padi yang busuk dan mati, anakan semakin sedikit, bahkan tanaman padi bisa hilang ketika umur muda. Saat tanaman padi umur 30- 45 gejala ditunjukkan dengan menguningnya daun muda tanaman padi (kadang layu/menggulung) dan mudah dicabut (sundep). Gejala ini akan berlanjut ketika tanaman memasuki vase generatif dengan gejala adanya malai tanaman padi yang tegak dan mudah dicabut karena bulirnya tidak berisi (beluk).

Ada beberapa cara Pengendalian Hama Penggerek Batang Secara Terpadu yang dilakukan Pada Daerah Serangan Endemik
1)  Pengaturan Pola Tanam
·       Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi
·       Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama
·       Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertamaü dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.

2) Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
·      Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian dan di pertanaman
·      Fisik yaitu dengan penyabutan tanaman serendah mungkin dan penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati

3)  Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid : Trichogramma japonicum: dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman)

4)  Pengendalian Secara Kimiawi
·       Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas serangan rata-rata > 5% sundep.
·       Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas persemaian)]
·       Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida butiran berbahan aktif : Carbofurant (Sidafur 3GR) dosis 20 kg insektisida granule/ha
·       Disemprot dengan insektisida berbahan aktif seperti Dimehipo (Sidatan 410 SL), Imidakloprid (Top Dor 10 WP), Fipronil (Fipros 55 EC).

Adapun cara pengendalian terhadap hama penggerek batang ini bisa dilakukan pada saat persemaian. Karena serangan hama penggerek batang ini dimulai sejak di persemaian maka kita pun dalam mengendalikan hama ini harus dimulai dari pesemaian. Memang cara ini instan dan sedikit bertentangan dengan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu, tapi apa boleh buat. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah:
  1. Gunakan benih padi yang tahan terhadap serangan hama ini (misal: cipunegara, cisokan, situbagendit, cibogo, ciherang dan IR 64)
  2. Penerapan kultur tehnis (tanam serentak) jerami dipotong pendek atau dibakar, pemberian N yang tidak berlebihan, pergiliran tanaman, membenamkan tunggak.
  3. Aplikasi seedtreatmen pada benih sebelum tanam
  4. Saat persemaian umur 5 hari aplikasikan insektisida granule (Sidafur 3GR)
  5. Ketika pesemaian berumur 18 hari dan siap tanam semprot dengan insektisida (Sidatan 410 SL, Fipros 55 EC, Top Dor 10 WP, dll)
  6. Saat aplikasi pemupukan dasar/pertama campur dengan insektisida granule sesuai dengan dosis rekomendasi. Disarankan pakai Sidafur 3GR dengan dosis yang tepat saja karena lebih ramah lingkungan.
  7. Ketika tanaman padi berumur 20 dan 40 hst semprot dengan insektisida pengendali hama penggerek batang (Sidatan 410 SL, Top Dor 10 WP , dll)
Dengan menggabungkan cara pengendalian tersebut diharapkan akan mempersempit ruang hidup bagi hama penggerek batang pada tanaman padi kita. Yang perlu diperhatikan adalah dalam menggunakan insektisida hendaknya yang selektif, gunakan insektisida yang benar-benar direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek batang pada tanaman padi. Selain itu dalam menggunakannya juga harus sesuai dengan dosis dan konsentrasi anjuran. 

Writed by:

+