- Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang atau kompos dan sekam bakar yang telah dihilangkan bongkahannya atau disaring menggunakan saringan kawat berdiameter 0,5-1 cm. Perbandingan media tanam yang umum digunakan adalah 1 bagian tanah, 1 bagian pupuk kandang atau pupuk kompos, dan 1 bagian sekam bakar. Namun demikian, formula tersebut bukan merupakan formula baru, yang penting bahan organik dan sekam yang ditambahkan cukup banyak sehingga cukup subur dan rongga.
- Pembibitan
Wadah pembibitan dapat berupa tray khusus pembibitan atau dapat juga wadah lain seperti baki plastik, pot plastik, kotak dari kayu, kantong plastik, polybag, dll.
Media pembibitan yang digunakan sama seperti di atas namun perlu lebih halus dengan menghindari bongkahan atau kerikil dengan cara disaring menggunakan saringan kawat berdiameter lubang 2-5 mm.
Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil dan berharga relative mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll (kecuali bayam karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu, benih berukuran besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman.Langkah-langkah penanaman bibit atau benih :
- Buat lubang kecil pada media tanam di dalam tray dengan kedalaman 0,5-1 cm dengan menggunakan lidi atau kayu kecil. Untuk benih yang dibibitkan dalam wadah pembibitan yang lebar dilakukan dengan cara menebar secara merata benih pada permukaan media tanam atau membuat lubang tanam dengan jarak kurang lebih 1 cm.
- Masukkan benih ke dalam lubang tanam dan ditutup tipis menggunakan kompos atau pupuk kandang halus. Lalu benih ditutup menggunakan pupuk kandang atau kompos halus dengan ketebalan 0,5-1 cm.
- Tebarkan furadan (apabila diperlukan) di permukaan media pembibitan sesuai aturan yang ada di kemasannya. Hal ini tersebut dilakukan untuk menghindari serangan hama berupa semut atau ulat tanah.
- Lakukan penyiraman dengan hati-hati hingga media pembibitan basah secara merata. Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali pada saat benih baru ditanam atau bibit kecil, pada saat bibit tumbuh agak besar, lakukan penyiraman sekali sehari.
- Letakkan wadah pembibitan pada tempat yang terlindung dari deraan hujan secara langsung namun terena sinar matahari cukup, misalnya di bawah sungkup atau rumah plastik.
- Setelah bibit memilikidaun sempurna 2 lembar, lakukan pemindahan
bibit pada wadah pembibitan tunggal, misalnya polybag berdiameter 10 cm
atau pot kecil bekas kemasan aqua gelas. Lakukan pemeliharaan seperti
biasa higga siap pindah tanam.
Proses Pembibitan Sayuran
- Penanaman - Untuk penanaman dapat dilakukan di dalam rak vertikultur atau pot dilakukan setelah bibit
memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah :
- Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan seragam
- Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Pada system vertikultur rak berjenjang, jarak tanam berkisar 10-15 cm. Pada system per pot, jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 1 tanaman per pot pada pot berukuran 3-10 kg, sedangkan untuk pot berukuran lebih besar jumlah tanaman berkisar 2-3 tanaman, khususnya untuk sayuran buah merambat seperti pare, timun, oyong, dan tanaman sejenis lainnya.
- keluarkan bibit secara hati-hati dengan cara menggunting wadah atau membalikkan wadah sedemikian rupa sehingga media dan perakaran bibit tidak terganggu.
- masukkan bibit ke dalam lubang tanam, selanjutnya tutup lubang tanam menggunakan media tanam yang sebelumnya dikeluarkan pada saat membuat lubang tanam.
- Lakukan penyiraman hingga media tanam menjadi basah secara merata.
- Pemupukan
Sayuran Organik
Untuk sayuran organik yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah maupun granul. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih banyak dalam media tanam, misalnya2 atau 3 bagian dibandingkan tanah dan sekam.
pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri. Intensitas pemberian pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara merata pada media tanam.
Pada sayuran buah, disebabkan masa pertumbuhan yang lebih panjang, maka selain pemberian pupuk organik cair juga dapat dilakukan pemberian pupuk susulan berupa pupuk kandang atau pupuk kompos setiap 30 hari sekali sebanyak 50-100 g atau 2-3 genggam pupuk per tanaman.
Contoh Pupuk dan Pemupukan Tanaman
Langkah-langkah membuat POC adalah sebagai berikut :
- Masukkan air sebanyak 40 lt ke dalam ember atau gentong plastik,
- Tambahkan molase sebanyak 2 lt, lalu aduk hingga merata,
- Masukkan inokulum EM sebanyak 100 ml, lalu aduk hingga merata,
- Masukkan pupuk kandang, komps, kascing sebanyak 5 kg ke dalam kantong kain, ikat bagian mulut kantong sebagaimana kantong teh, lalu masukkan ke dalam ember atau gallon plastik dengan posisi menggantung,
- Tutup dan kunci tutup ember atau galon plastik menggunakan lem atau lakban dengan rapat,
- Pupuk dapat dipakai setelah 3 minggu, kematangan pupuk ditandai
dengan bau khas hasil fermentasi (seperti bau tape).
Alat pembuatan Pupuk Organik Cair
Untuk budidaya non organik, pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia seperti pupuk majemuk NPK; campuran pupuk tunggal Urea, TSP, dan KCL masing-masing satu bagian; atau pupuk pelengkap cair, Jenis pupuk kimia tersebut bayak tersedia di toko sarana dan prasarana pertanian ataupun kios-kios tanaman hias.
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkan pupuk sebanyak 1/2 - 1 sendok teh disekitar permukaan tanaman. Setelah pupuk ditaburkan, maka harus segera dilakukan penyiraman tanaman untuk menghindari efek negatif kegaraman pupuk kimia terhadap tanaman.
Pemupukan susulan dapat dilakukan dengan cara melarutkan 1 sendok pupuk NPK atau campuran pupuk urea, TSP, dan KCL ke dalam 10 liter air. Lalu siramkan secara merata pada media tanam. Pengulangan dapat dilakukan setiap 3 atau 7 hari sekali.
- Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam,
populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume
media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka
intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman
umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari. Perlakukan penyiraman harus
benar-benar diperhatikan pada saat fase pembuangan dan pembesaran buah.
keterlambatan penyiraman akan menyebabkan bunga atau bakal buah menjadi
rontok.
Penyiraman harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat siram berupa gembor atau selang plastik yang telah diberi nozel penyiraman pada ujungnya.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Sayuran Organik
Pengendalian Hama. Pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik dengan cara membunuh atau membuang hama yang terdapat pada tanaman dan media tanam atau dapat juga secara kimiawi dengan insektisida nabati. Insektisida nabati telah banyak dijual di kios-kios pertanian. Apabila memungkinkan, pestisida nabati dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat di dapur dan pekarangan. Contoh teknis pembuatan pestisida nabati adalah sebagai berikut :
- Ekstrak Daun Nimba, Tembakau, Brotowali
Bahan-bahan : Daun mindi atau nimbi 100 g, tembakau 2 g, brotowali 2 g, dan buah mengkudu 1 buah kg.
Cara buat :
- Semua bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk, diblender atau dicacah secara terpisah,
- Tempatkan semua bahan dalam satu wadah, lalu tambahkan air sebanyak 1 liter,
- Tutup rapat wadah, lalu fermentasikan atau diamkan selama satu minggu,
- Saring bahan pestisida menggunakan kain halus, lalu siap digunakan,
- Sebelum digunakan, enceran pestisida nabati tersebut menggunakan air dengan perbandingan 1:10 liter
- Ekstak Daun Sirsak
Bahan-bahan : Daun sirsak 10 lembar, serai 1 batang, bawang putih 1 siung, sabun colek 2 g.
Cara membuat :
- Daun sirsak, serai, dan daun bawang putih dihaluskan,
- Tambahkan 1 liter air, lalu simpan selama 2 hari,
- Saring larutan,
- Untuk aplikasi, 1 liter larutan dicampur dengan 10-15 liter air,
- Larutkan siap diaplikasikan
-
Ekstrak Sirih dan Tembakau
Bahan-bahan : Daun sirih 10 lembar, daun tembakau 5 lembar atau satu batang tembakau rokok, sabun colek seujung jari, air 1 lt.
Cara membuat :
- Daun sirih dan daun tembakau ditumbuk halus,
- Bahan dicampur denga air dan diaduk hingga rata,
- Bahan didiamkan selama satu malam,
- Saring larutan, kemudian encerkan (ditambah dengan 50-60 air),
- Larutan siap digunakan.
Sayuran Non Organik
Untuk sayuran non organik, maka pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan menggunakan pestisida kimia (insektisida dan fungisida) sesuai cara dan dosis anjuran. Namun demikian, diingatkan bahwa aplikasi pestisida kimia pada tanaman pekarangan sebaiknya dihindari karena besar resiko terhadap anggota keluarga, khususnya anak-anak. Sebaiknya dilakukan secara menanik dan era-dikatif.
Pengendalian Hama dan Penyakit - Ekstrak Daun Nimba, Tembakau, Brotowali
Bahan-bahan : Daun mindi atau nimbi 100 g, tembakau 2 g, brotowali 2 g, dan buah mengkudu 1 buah kg.
- Syarat Penyinaran Matahari
Faktor penentu lainnya dalam budidaya sayuran dipekarangan adalah
penyinaran matahari. Tanaman sayuran merupakan jenis tanaman yang
menginginkan penyinaran matahari penuh. Apabila intensitas matahari
tidak mencukupi maka tanaman akan mengalami etiolasi atau tumbuh
memanjang dan kurus. beberapa jenis tanaman, seperti terong dan cabai
rawit cukup toleran dengan kurangnya sinar matahari, namun sebagian
besar sayuran daun dan buah yang lain sangat sensitive dengan kurangnya
intensitas penyinaran..
- Panen
Sebagian sayuran daun dan bumbu dapat dilakukan panen secara
berulang, diantaranya adalah kangkung, kemangi, kenikir, kucai, seledri.
Pemanenan sayuran tersebut dilakukan dengan memotong batang atau pucuk
daun untuk kangkung, kemangi, kenikir, dan kucao, sedangkan seledri
dipanen dengan cara memotong daun yang sudah cukup tua.
Sebagian sayuran lainnya dipanen hanya sekali dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya, diantaranya bayam, sawi, selada, dll.
Sementara itu, sayuran buah, umumnya dipanen secara bertahap sesuai dengan fase pematangan buah atau sesuai keinginan. Pemanenan sayuran buah sebaiknya menggunakan gunting atau pisau tajam, kecuali cabai,, yang dapat dipanen menggunakan tangan dengan cara menarik buah berlawanan arah dengan arah buah.
Timun dan Selada dalam pot Siap Panen
Friday, February 14, 2014
Bercocok Tanam Hidroponik
Hidroponik Sistem Wick
Pada
dasarnya ada 6 jenis hidroponik sistem,
termasuk Wick, Budaya Air, Ebb dan Aliran, tetes, Film Teknik Hara, dan aeroponik. Di antara berbagai jenis sistem hidroponik,
cara bertanam hidroponik sistem Wick
adalah jenis yang paling sederhana. Cara bertanam hidroponik Wick sistem sebuah solusi pemberian nutrisi
lewat di media tumbuh melalui Sumbu
yang digunakan sebagai reservoir. Sistem ini dapat menggunakan berbagai media
tanam, misalnya Perlite, Vermiculite,
kerikil pasir, sekam bakar, dan serat/ serbuk kulit buah Kelapa. Cara bertanam
hidroponik ini juga dikenal dengan sistem sumbu.
![]() |
Cara betanama hidroponik sistem Wick |
Mekanisme Pembuatan
Pada cara bertanam hidroponik sistem wick ini sumbu yang digunakan
bisa dari sumbu kompor, kapas atau kain bekas. Akar tanaman tidak dicelupkan
langsung ke dalam air, melainkan, mereka tumbuh dalam beberapa bahan penahan
air seperti rockwool atau sabut kelapa. Cara bertanam hidroponik sistem ini adalah dengan menggunakan sumbu. Ujung sumbu ditempatkan dalam reservoir
yang berisi larutan nutrisi. Ujung lain dari sumbu ditempatkan dalam media
tanam, lebih dekat ke akar tanaman,
untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar. Karena tanaman membutuhkan lebih
banyak air dan nutrisi, maka disusun sumbu dan ke penahan air media tanam oleh
tindakan kapiler. Dengan demikian tanaman mengambil larutan nutrisi
dari ujung-ujung sumbu dan media tanam yang terlewati oleh sumbu menjadi
lembab.
![]() |
Hidroponik Sistem Wick |
Pada Hidroponik, ada kebutuhan besar untuk aerasi yang baik. Dalam
sistem sumbu hidroponik udara tersedot oleh akar tanaman
bersama dengan larutan nutrisi. Sebuah media tumbuh yang memadai juga membantu
untuk memastikan bahwa tanaman menerima cukup udara. Dengan sistem hidroponik
sumbu, sebagai reservoir akan habis, dapat diisi lagi dengan manual. Hal ini
tidak perlu menggunakan pompa seperti yang dilakukan dalam sistem
hidroponik lainya.
Cara bertanam hidroponik sistem wick atau sumbu ini sangat mudah
diterapkan terutama untuk Tanaman Hidroponik seperti kangkung, sawi, seledri, pakcoy
dan lain-lain.
Selamat mencoba!
Panca Usaha Tani
1. Penggunaan Benih/Bibit Unggul
Benih/Bibit unggul merupakan benih yang telah dipilih dan dipilah agar menghasilkan kwalitas yang baik dan tahan hama penyakit dan gangguan lainnya. Penggunaan bibit unggul merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi.
2. Pengolahan Tanah yang Baik
Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Selain harus mengandung zat organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Tanah yang gembur akibat pengolahan memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan air dan udara. Kondisi ini juga menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah.
3. Pemupukan yang Tepat
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi (penguapan zat yang mudah menguap), pencucian, fiksasi, dan sebagainya. Perlunya rekomendasi teknologi spesifik mengenai pengggunaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik.
4. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, pengaturan sanitasi lingkungan atau ekologi (biologi), dan kimiawi.
Pengendallian hama secara mekanis dilakukan dengan cara menangkap langsung hama yang ada. Pengendalian mekanis dilakukan bila populasi hama sedikit. Bila populasinya banyak, sebaiknya digunakan cara lain karena tidak efesien dalam hal waktu maupun tenaga kerja
Pengendalian lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dan terjaga mengurangi kemungkinan hama yang menyerang. Pengendalian secara kimiawi pun dapat dijadikan pilihan bila cara lain tidak mungkin dilakukan atau tidak dapat mengatasi hama. Artinya, bisa sudah dilakukan cara mekanis atau sanitasi lingkungan tetap saja hama menyerang tanaman maka cara kimia pun digunakan. Di pasaran sudah banyak dijual berbagai merek dan jenis pestisida untuk mengatasi hama. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pestisida adalah dosis dan cara pemakaiannya. Bila dosis dan cara pemakainan salah, akan terjadi kerusakan pada komoditas pertanian maupun gangguan kesehatan manusia. Penggunaan pestisida relatif lebih praktis dan cepat cara kerjanya. Namun demikian, biaya yang diperlukan lebih besar dibandingkan cara mekanis maupun sanitasi lingkungan
5. Pengairan atau Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Rismunandar (1993) menjelaskan bahwa yang disebut irigasi merupakan usaha pengendalian, penyaluran dan pembagian air yang benar–benar diatur oleh manusia dan air benar–benar tunduk kepada manusia. Manfaat irigasi air tanah sebagai sumber air pertanian bagi petani pemakai air tanah, bagaimana mekanisme dan kontribusi pembayaran irigasi airtanah oleh petani pemakai airtanah.
Sumber :
Bara Nur
Benih/Bibit unggul merupakan benih yang telah dipilih dan dipilah agar menghasilkan kwalitas yang baik dan tahan hama penyakit dan gangguan lainnya. Penggunaan bibit unggul merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi.
2. Pengolahan Tanah yang Baik
Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Selain harus mengandung zat organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak kalah penting adalah pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Tanah yang gembur akibat pengolahan memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan air dan udara. Kondisi ini juga menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah.
3. Pemupukan yang Tepat
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi (penguapan zat yang mudah menguap), pencucian, fiksasi, dan sebagainya. Perlunya rekomendasi teknologi spesifik mengenai pengggunaan Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik.
4. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mekanis, pengaturan sanitasi lingkungan atau ekologi (biologi), dan kimiawi.
Pengendallian hama secara mekanis dilakukan dengan cara menangkap langsung hama yang ada. Pengendalian mekanis dilakukan bila populasi hama sedikit. Bila populasinya banyak, sebaiknya digunakan cara lain karena tidak efesien dalam hal waktu maupun tenaga kerja
Pengendalian lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dan terjaga mengurangi kemungkinan hama yang menyerang. Pengendalian secara kimiawi pun dapat dijadikan pilihan bila cara lain tidak mungkin dilakukan atau tidak dapat mengatasi hama. Artinya, bisa sudah dilakukan cara mekanis atau sanitasi lingkungan tetap saja hama menyerang tanaman maka cara kimia pun digunakan. Di pasaran sudah banyak dijual berbagai merek dan jenis pestisida untuk mengatasi hama. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pestisida adalah dosis dan cara pemakaiannya. Bila dosis dan cara pemakainan salah, akan terjadi kerusakan pada komoditas pertanian maupun gangguan kesehatan manusia. Penggunaan pestisida relatif lebih praktis dan cepat cara kerjanya. Namun demikian, biaya yang diperlukan lebih besar dibandingkan cara mekanis maupun sanitasi lingkungan
5. Pengairan atau Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Rismunandar (1993) menjelaskan bahwa yang disebut irigasi merupakan usaha pengendalian, penyaluran dan pembagian air yang benar–benar diatur oleh manusia dan air benar–benar tunduk kepada manusia. Manfaat irigasi air tanah sebagai sumber air pertanian bagi petani pemakai air tanah, bagaimana mekanisme dan kontribusi pembayaran irigasi airtanah oleh petani pemakai airtanah.
Sumber :
Bara Nur
Monday, November 25, 2013
Bahan Aktif : Difenokonazol
Merk Produk yang menggunakan hanya bahan aktif Difenokonazol (bukan campuran), antara lain :
- Amcore 250 EC
- Booster 250 EC
- Coridor 250 EC
- Fenosida 255 EC
- Indokor 250 EC
- Score 250 EC
- Scropio 250 EC
- Sorento 250 EC
- Topcore 250 EC
- Amcore 250 EC
- Booster 250 EC
- Coridor 250 EC
- Fenosida 255 EC
- Indokor 250 EC
- Score 250 EC
- Scropio 250 EC
- Sorento 250 EC
- Topcore 250 EC
Monday, June 17, 2013
PENGEDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN “CABAI”
Tungau (Polyphagotarsonemus
latus)
Imago bertungkai 8,
ukuran tubuh 0,25 mm, lunak, transparan, dan berwarna hijau kekuningan. Hama
biasa nya bersembunyi di bawah daun. Hama menghisap cairan tanaman, menyebabkan
kerusakan dan abnormal. Pada awal musim kemarau serangan biasanya bersamaan
dengan thrips dan kutu daun. Apabila di temukan serangan tungau pada tanaman
maka dapat di kendalikan Pestisida Akarisida YOSAN
575 EC.
Kutu Kebul (Bemisia
tobaci)
Imago berukuran
kecil, 1 mm berwarna putih dan sayapnya jernih di
tutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa berkelompok di bawah permukaan daun. Hama ini merupakan
vector lebih dari. Gunakan insektisida TOP
DOR 20 WP dan SIDAJOS 430 EC untuk mengendalikan Kutu Kebul. Penyemprotan insektisida di usahakan
mengenai permukaan bawah daun, tempat kutu kebul bersembunyi.
PENGEDALIAN HPT DAN GULMA KEDELAI
Pengerek Polong
Imago berwarna
keabu-abuan dan mempunyai garis putih pada sayap depan. Telur di letakkan berkelompok pada bawah daun, bunga atau pada polong. Setelah 3-4 hari telur menetas menjadi larva.
Larva berwarna putih
kekuningan dan setelah instar 4 hari larva berwarna kemerah-merahan atau merah
kebiruan. Lama stadia larva 13-18 hari. Pertmbuhan telur-imago berkisar 28-41 hari.
Larva merusak biji dengan mengerek kulit polong, kemudian masuk kedalam polong dan mengerek
biji. Seekor larva dapat merusak beberapa polong dan biji. Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain secara kultur teknis dan pengendalian kimiawi. Apabila ditemukan 1ekor imago
per 10 rumpun atau 2 ekor larva per rumpun maka dapat dilakukan penyemprotan
dengan JOSE 200 EC,
SMACK DOWN 100 EC,
SISTRIN 75 EC,
SIDAMETHRIN 50 EC,
SIDADOR 30 EC,
METHRISIDA 100 EC dan SIDACIS
25 EC.
Ulat Grayak
Imago meletakan
telur secara berkelompok. Telor ditutupi oleh bulu-bulu halus berwarna
merah sawo. Lama stadia telur 3 hari. Larva yang baru keluar merusak daun secara berkelompok. Larva lebih aktif pada malam hari, dan bersembunyi didalam tanah pada siang hari. Lama stadia larva 15-30 hari.
Pupa terbentuk didalam
tanah. Lama stadia pupa 9 hari. Total siklus hidup ulat grayak adalah 32 hari.
Ulatgrayak dapat
menyerang daun muda, daun tua dan juga polong yang masih hijau. Akibat serangan ulat grayak, daun-daun yang
terserang menjadi putih,
karena epidermisnya di
makan, hanya tersisa tulang daunnya saja. Apabila ditemukan 2 ekor per rumpun atau 2 kelompok telur per 100 rumpun atau intensitas kerusakan 12,5% pada umur 20hst, maka dapat dilakukan aplikasi insektisida. Gunakan insektisida DONE 200 EC, COPA 100 EC,
KOKAN 100 EC, LUZON 100
EC, YASITHRIN 30 EC, GLOBAL 55 EC, JIDOR 25 EC dan PERCIS 30 EC.
Lalat Kacang
Lalat Kacang
merupakan OPT penting pada tanaman kedelai. Serangan lalat kacang terjadi sejak tanaman muncul sampai 2 minggu
setelah tanam. Aakibat serangan, tanaman menjadi kerdil,
layu, mengering dan akhirnya mati .Pada daerah endemis, perlu dilakukan perlakuan benih dengan
menggunakan insektisida
berbahan aktif MIPC seperti VENOP 60 WP atau SIDACIN 50 WP. Sebelum penanaman taburkan dahulu insektisida SIDAFUR 3G dilahan. Apabila telah ditemukan 2 ekor lalat per 30 rumpun atau
> 2,5% tanaman terserang, maka gunakan
insektisida SIDABAS 500 EC, SIDAZINON 500 EC, METHRISIDA 100 EC, SIDADOR 30 EC dan PERCIS 30 EC.
Ulat Jengkal
Kepik Polong
Kutu Kebul
Kepik Hijau
Karat Daun
Karat daun dapat
menyebabkan kehilangan hasil 30-60%.
Penularan biasanya terjadi pada 40 HST yang dapat
menyebabkan daun rontok. Penularan berat pada musim hujan, dapat menyebabkan
polong hampa. Pengendalian dilakukan bila tanaman pada umur 40 dan
60 HST terdapat bercak coklat karat pada tahun. Gunakan fungisida SIDAZOL 250 EC dan SIDAZEP 80 WP untuk pengendalianya.
Upaya Peningkatan Hasil
Supaya pertubuhan
tanaman lebih optimal, gunakan PETRHIKAPHOS untuk perlakuan benih
sebelum tanam. Selain itu semprotkan pupuk pelengkap cair SUPERGREEN mulai awal tanam sampai tanaman berbunga. Interval
penyemprotan 7-14 hari sesuai kebutuhan tanaman. Pupuk Pelengkap Cair SUPERGREEN
dibuat sesuai standar SNI, mengandung unsur hara
makro dan mikro yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Subscribe to:
Posts (Atom)