A.
Herbisida Kontak
Herbisida
kontak adalah herbisida yang langsung cepat mematikan atau membunuh
jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini,
terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat
cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau,
serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan
aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan
tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma
yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian,
rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air
pelarut yang lebih besa,r agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma
dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik.
Herbisida kontak juga yang bekerja
dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel
dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian
tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti
akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi. proses kerja pada herbisida ini pun
sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan
saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi
gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari
kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian
dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak
berpengaruh pada gulma. Contoh Bahan Akif herbisida kontak adalah paraquat
diklorida.
B. Herbisida Sistemik
Herbisida
sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh
atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya.
Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman
pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan
tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi
jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan
jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan
tunas–tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma
tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai
dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali
juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama
(panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat
waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan
pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena
penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
·
Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
·
Cuaca cerah waktu menyemprot.
·
Tidak menyemprot menjelang hujan.
·
Keringkan areal yang akan disemprot.
·
Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
·
Boleh dicampur dengan herbisida dengan bahan
aktif 2,4 D amina atau Metsulfuron.
Pemakaian suatu jenis herbisida
secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit
mengendalikannya. Guna mengantisipasi kelemahan tersebut diatas adalah dengan
mencampurkan dua herbisida (Akobundu, 1987). Pencampuran dua jenis herbisida
telah dilakukan sejak lama dengan tujuan untuk memperluas spektrum pengendalian
gulma, mengurangi resistensi gulma terhadap salah satu herbisida sehingga
mencegah vegetasi gulma yang mengarah ke homogen.
Contoh Bahan Akif herbisida
Sistemik adalah IPA Glifosat, 2,4 D Amina, Amethrin, Diuron, Metil Metsulfuron,
Methribuzin, Klomazon, Triklopir, dll.
Herbisida klomazon merupakan
herbisida sistemik, diberikan pre emergence pada permukaan tanah. Herbisida ini
akan diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke atas dan tinggal di
daun. Herbisida ini memberikan efek penghambat pembentukan karotenoid, sehingga
menyebabkan pemutihan kloroplas. Herbisida klomazon dapat digunakan untuk
mengendalikan gulma golongan teki dan gulma daun lebar, sedangkan metribuzin
dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumput dan daun lebar. Cara
kerja herbisida mertibuzin adalah mengganggu aktivitas fotosintesis.
Pencampuran dua jenis herbisida
membuat makin bertambahnya efektifitas dan ekonomis dalam metode pengendalian
gulma. Pencampuran kedua jenis herbisida ini akan memperlihatkan hubungan satu
bahan dengan bahan yang lain yang dinamakan dengan interaksi. Ketika dua atau
lebih bahan kimia terakumulasi di dalam tanaman, mereka melakukan interaksi dan
respon ditunjukkan keluar menghasilkan reaksi yang berbeda ketika bahan kimia
tersebut diberikan sendiri-sendiri. Interaksi ini bisa bersifat sinergi,
adidtiv atau antagonis.
Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/jenis-herbisida-berdasarkan-cara-kerja.html
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/jenis-herbisida-berdasarkan-cara-kerja.html
No comments:
Post a Comment