Thursday, May 30, 2013

VARIETAS PADI (Lanjutan 1)



Varietas tanaman padi dibedakan dalam beberapa  jenis berdasaran lahan atau area penanaman yang digunakan, antara lain:

  1. Padi Sawah:
IR36 ; Cisadane ; IR42 ; Cisokan ; IR64 ; Ciliwung ; IR66 ; Memberamo ; Cibodas ; Digul ; Maros ; Cilamaya Muncul ; Way Apo Buru ; Widas ; Ciherang ; Cisantana ; Tukad Petanu ; Tukad Balian ; Tukad Unda ; Celebes ; Kalimas ; Bondojudo ; Silugonggo ; Singkil ; Sintanur ; Konawe ; Batang Gadis ; Ciujung ; Conde ; Angke ; Wera ; Sunggal ; Cigeulis ; Luk Ulo ; Cibogo ; Batang Piaman ; Batang Lembang ; Pepe ; Logawa ; Mekongga  ; Sarinah ; Aek Sibundong ; Inpari 1 ; Inpari 2 ; Inpari 3 ; Inpari 4 ; Inpari 5 Merawu ; Inpari 6 Jete ; Inpari 7 Lanrang ; Inpari 8 ; Inpari 9 Elo ; Inpari 10 Laeya ; Cimelat ; Gilirang ; Ciapus ; Fatmawat

  1. Padi Hibrida:
Maro ; Rokan ; Hipa 3 ; Hipa 4 ; Hipa 5 Ceva ; Hipa 6 Jete ; Hipa 7 ; Hipa 8 Pioneer ; Sembada

  1. Padi Gogo :
Cirata ; Towut ; Limboto ; Danau Gaung ; Batutegi ; Situ Patenggang ; Situ Bagendit

  1. Padi Rawa Pasang Surut:
Banyuasin ; Batanghari ; Dendang ; Indragiri ; Punggur ; Martapura ; Margasari ; Siak Raya ; Air Tenggulang ; Lambur ; Mendawak ; Inpara1 ; Inpara2 ; Inpara3

  1. Padi Ketan
Lusi ; Ketonggo ; Setail ; Ciasem

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/varietas-padi-lanjutan-1.html

PADI VARIETAS INPARI 13


Nama Varietas
:
Inpari 13
Kelompok
:
Padi Sawah
Nomor Seleksi
:
S3382D-PN-16-3-KP-1
Asal Persilangan
:
IR487B-752/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64////IR64



Golongan
:
Cere
Umur Tanaman
:
103-115 hari
Bentuk Tanaman
:
Tegak
Tinggi Tanaman
:
81-101 cm
Anakan Produktif
:
12-17 batang
Warna Kaki
:
Hijau
Warna Batang
:
Hijau
Warna Telinga Daun
:
Putih
Warna Lidah Daun
:
Hijau
Warna Helai Daun
:
Hijau
Muka Daun
:
Kasar
Posisi Daun
:
Tegak
Daun Bendera
:
Agak Terkulai
Bentuk Gabah
:
Panjang ramping
Warna Gabah
:
Kuning bersih
Kerontokan
:
Sedang
Kerebahan
:
Sedang
Tekstur Nasi
:
Pulen
Kadar Amilosa
:
22,4%
Bobot 1000 Butir
:
25-27 g
Rata – Rata Produksi
:
6,59 ton/ha
Potensi Hasil
:
5 – 8 ton/ha
Ketahanan Terhadap Hama
:
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3
Ketahanan Terhadap Penyakit
:
Agak Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III, IV dan VIII, serta tahan terhadap penyakit blas ras 033 dan agak tahan terhadap ras 133, 073 dan 173
Anjuran
:
Cocok ditanam pada sawah tadah hujan di musim hujan dan kemarau pada lahan sawah sampai 600 m dpl
Pemulia
:
Nafisah, Cucu Gunarsih, Bambang Suprihatno, Aan A.Daradjat. Trias Sitaresmi, M.Yamin Samaullah
Dilepas Tahun
:
2010
Nama Dagang
:


Pada tahun 2011 untuk Inpari, INPARI 13 lah yang banyak banyak ditanam. Pemerintah ingin agar INPARI 13 menggeser varietas ciherang yang paling banyak ditanam petani. Untuk di daerah tertentu sepeti Jateng dan Bali, padi Inpari 13 sudah menyebar sebab tahan hama wereng. Tapi di daerah tertentu seperti di tangerang, Banten. Inpari 13 kurang disukai petani sebab gabahnya ramping dan kecil (1000 butir sekitar 25,2 g ), hasil produksinya menurut petani yang menanam kurang maksimal, dan bila digebot dan dirontokan sulit bahkan cendrung tangkainya patah. 


Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/padi-varietas-inpari-13.html

PADI VARIETAS CIGEULIS


Nama Varietas
:
Cigeulis
Kelompok
:
Padi Sawah
Nomor Seleksi
:
S3429-4D-PN-1-1-2
Asal Persilangan
:
Ciliwung/Cikapundung//IR64



Golongan
:
Cere
Umur Tanaman
:
115-125 hari
Bentuk Tanaman
:
Tegak
Tinggi Tanaman
:
100-110 cm
Anakan Produktif
:
14-16 batang
Warna Kaki
:
Hijau
Warna Batang
:
Hijau
Warna Telinga Daun
:
Tidak berwarna
Warna Lidah Daun
:
Tidak berwarna
Warna Helai Daun
:
Hijau
Muka Daun
:
Agak Kasar
Posisi Daun
:
Tegak
Daun Bendera
:
Tegak
Bentuk Gabah
:
Panjang ramping
Warna Gabah
:
Kuning bersih
Kerontokan
:
Sedang
Kerebahan
:
Sedang
Tekstur Nasi
:
Pulen
Kadar Amilosa
:
23%
Bobot 1000 Butir
:
27-28 g
Rata – Rata Produksi
:
5 ton/ha
Potensi Hasil
:
5 – 8,1 ton/ha
Ketahanan Terhadap Hama
:
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3
Ketahanan Terhadap Penyakit
:
Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain IV
Anjuran
:
Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau pada lahan sawah sampai 600 m dpl
Pemulia
:
Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat dan N. Yunani
Dilepas Tahun
:

Nama Dagang
:


Sumber: 
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/padi-varietas-cigeulis.html

Tuesday, May 28, 2013

JENIS HERBISIDA - BERDASARKAN BAHAN AKTIF



Penggunaan Herbisida juga di bagi jenisnya berdasarkan bahan aktif, karena setiap bahan aktif mempunyai fungsi dan cara kerja yang berbeda.

1.    Glufosinate-ammonium
Cara Kerja
         Kerja herbisida glufosinate-ammonium sebenarnya berdasar pada penonaktifan dari sintesa enzim glutamine.
         Sintesa Glutamine menyebabkan reaksi dari ammonia dan glutamic acid untuk membentuk glutamine. Ammonia, sebuah zat yang sangat phytotoxic untuk sel tanaman terbentuk pada waktu proses biokimia tanaman, tepatnya pada saat pengurangan nitrate, metabolisme amino acid dan photo-respiration.
         Adanya fakta bahwa enzim dinonaktifkan oleh glufosinate, ammonia dapat terkumpul dalam sel tanaman dan menyebabkan necrosis pada lapisan tanaman yang akhirnya menyebabkan kematian tanaman.
         Kecepatan aksi tergantung pada kondisi eksternal; seperti kelembapan udara, suhu dan kadar air dalam tanah.
         Pengambilan glufosinate-ammonium oleh tanaman biasanya dilakukan melalui hijau daun dan tumbuhan yang tumbuh dengan aktif.

2.    Glifosat
Herbisida bahan aktif Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik bagi gulma sasaran. Diantara keempat jenis bahan aktif tersebut, glifosat merupakan herbisida bahan aktif yang paling banyak dipakai diseluruh dunia. Selain sifatnya sistemik yang membunuh tanaman hingga mati sampai ke akar-akarnya, juga mampu mengendalikan banyak jenis gulma seperti Imperata cylindrica, Eulisine indinca, Axomophus comprsseus (pahitan) , Mimosa invisa (putri malu), Cyperus iria (teki), Echinocloa crussgali (jajagoan) dan lain-lain. glifosat, herbisida terpenting di dunia saat ini  adalah herbisida translokasi, menghambat kerja enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase (EPSPS), enzim yang terlibat dalam sintesa tiga asam amino.

Lim et al. (1999) melaporkan bahwa penggunaan glifosat menyebabkan terjadinya suksesi gulma ke dominansi gulma berdaun lebar. Faiz (1989) melaporkan bahwa penyemprotan campuran glifosat secara berturut pada karet dewasa (TM) untuk general weed control menyebabkan dominansi Borreria alata, senduduk (Melastoma malabathricum), dan alang-alang (Imperata cylindrical). Suksesi gulma terkait-erat dengan bagaimana herbisida tersebut bekerja (mode of action). glifosat ditranslokasi dari bagian dedaunan sampai ke bagian akar dan bagian lainnya merusak sistem keseluruhan di dalam tubuh gulma.

Glifosat memiliki daya bunuh yang tinggi terhadap rerumputan dan sering mengeradikasi gulma rerumputan lunak seperti Paspalum conjugatum dan Ottochloa nodosa sehingga akhirnya tanah menjadi terbuka. Kesempatan seperti ini memberi kesempatan bagi banyak biji-biji gulma berdaun lebar untuk berkecambah dan akhirnya menjadi dominan (Tjitrosoedirjo dan Purba, 2006). Dominansi gulma berdaun lebar sering cenderung lebih merugikan karena lebih sulit dikendalikan. Gulma lunak seperti O. nodosa, P. conjugatum dan A. compressus perlu dipertahankan pada pertanaman kelapa sawit (Teoh, 1984). Gulma rerumputan seperti ini dikategorikan sebagai kelas B yang bermanfaat dan memerlukan kurang pengendalian B (Anon, 1972). Pemakaian glifosat secara terus-menerus sering menyebabkan terjadinya eradikasi (pemusnahan) gulma lunak sedangkan dengan parakuat campuran memperlihatkan kebalikannya (Khairudin & Teoh, 1992).

3.    Parakuat
Herbisida ini merupakan herbisida kontak yang umum digunakan untuk purna tumbuh. Herbisida yang berbahan aktif Parakuat ini sangat cocok digunakan oleh mereka untuk yang ingin mengolah lahan secara cepat dan segera. Hal ini karena daya kerja parakuat begitu cepat dimana setelah aplikasi , hasilnya dapat terlihat 1 jam kemudian, sehingga dalam waktu 3 – 4 hari berikutnya lahan bisa ditanami. Adapun contoh herbisida yang berbahan aktif parakuat di Indonesia yaitu Sidaxone 276SL dan Gramoxone. Parakuat merupakan herbisida kontak yang mematikan tumbuhan dengan cara merusak membran sel. Menurut Chung (1995) pemakaian paraquat memiliki keunggulan dalam hal suksesi gulma, fitotoksisitas, dan rainfastness. Parakuat, herbisida kontak, menyebabkan kematian pada bagian atas gulma dengan cepat tanpa merusak bagian sistem perakaran, stolon, atau batang dalam tanah, sehingga dalam beberapa minggu setelah aplikasi gulma tumbuh kembali.

4.    Metil Metsulfuron
Herbisida yang berbahan aktif metil metsulfuron ini merupakan herbisida sistemik dan bersifat selektif untuk tanaman padi. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pra tumbuh dan awal purna tumbuh. Beberapa gulma yang mapu dikendalikan oleh herbisida ini antara lain: Monocholria vaginalis (eceng gondok), Cyperus diformis (teki), Echinocloa crusgalli (jajagoan), semanggi serta gulma lain yang tergolong pakis-pakisan. Aplikasi anjuran yang disarankan untuk penggunaan herbisida ini adalah 2.5 gram untuk setiap tangki 14 liter.

5.    2,4 – D
2,4 – D termasuk salah satu bahan aktif herbisida yang paling dikenal. Sifat herbisida ini kurang lebih hampir sama dengan metil metsulfuron yaitu sistemik dan selektif. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma purna tumbuh baik yang berdaun lebar maupun teki pada padi sawah. Adapun beberapa jenis gulma yang dapat dikendalikan dengan herbisida 2,4-D ini antara : Monochoria vaginalis (eceng), Spenochlea zeylanica, Cyperus iria (teki), Limnocharis flava (genjer), kankung, keladi dan lain-lain.

1.        Methribuzin

2.        Triklopir

3.        Oksifluorfen

Sumber :
ilmalbanihasyim.blogspot.com/2010/…/artikel-jenis-herbisida.html – Tembolok
Noor, Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Medan : Universitas Sumatera Utara (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Gulma pada Fakultas Pertanian)
Umiyati , Uum. Sinergisme Campuran Herbisida Klomazon dan Metribuzin terhadap Gulma. Cirebon. Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunungjati
http://mustikatani.wordpress.com/pengertian-herbisida/
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/jenis-herbisida-berdasarkan-bahan-aktif.html

+