Monday, May 27, 2013

JENIS HERBISIDA - BERDASARKAN CARA KERJA



A.      Herbisida Kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung cepat mematikan atau membunuh jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.

Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besa,r agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik.

Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi. proses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.

Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh Bahan Akif herbisida kontak adalah paraquat diklorida.


B.       Herbisida Sistemik

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.

Keistimewaannya, dapat mematikan tunas–tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
·         Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
·         Cuaca cerah waktu menyemprot.
·         Tidak menyemprot menjelang hujan.
·         Keringkan areal yang akan disemprot.
·         Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
·         Boleh dicampur dengan herbisida dengan bahan aktif 2,4 D amina atau Metsulfuron.
Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendalikannya. Guna mengantisipasi kelemahan tersebut diatas adalah dengan mencampurkan dua herbisida (Akobundu, 1987). Pencampuran dua jenis herbisida telah dilakukan sejak lama dengan tujuan untuk memperluas spektrum pengendalian gulma, mengurangi resistensi gulma terhadap salah satu herbisida sehingga mencegah vegetasi gulma yang mengarah ke homogen.

Contoh Bahan Akif herbisida Sistemik adalah IPA Glifosat, 2,4 D Amina, Amethrin, Diuron, Metil Metsulfuron, Methribuzin, Klomazon, Triklopir, dll.

Herbisida klomazon merupakan herbisida sistemik, diberikan pre emergence pada permukaan tanah. Herbisida ini akan diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke atas dan tinggal di daun. Herbisida ini memberikan efek penghambat pembentukan karotenoid, sehingga menyebabkan pemutihan kloroplas. Herbisida klomazon dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan teki dan gulma daun lebar, sedangkan metribuzin dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumput dan daun lebar. Cara kerja herbisida mertibuzin adalah mengganggu aktivitas fotosintesis.

Pencampuran dua jenis herbisida membuat makin bertambahnya efektifitas dan ekonomis dalam metode pengendalian gulma. Pencampuran kedua jenis herbisida ini akan memperlihatkan hubungan satu bahan dengan bahan yang lain yang dinamakan dengan interaksi. Ketika dua atau lebih bahan kimia terakumulasi di dalam tanaman, mereka melakukan interaksi dan respon ditunjukkan keluar menghasilkan reaksi yang berbeda ketika bahan kimia tersebut diberikan sendiri-sendiri. Interaksi ini bisa bersifat sinergi, adidtiv atau antagonis.

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/jenis-herbisida-berdasarkan-cara-kerja.html

KEBUTUHAN BENIH PADI PER HEKTAR


Untuk memudahkan perhitungan, pemerintah telah membuat anjuran atau rekomendasi bahwa untuk 1 ha diperlukan sekitar 25 kg benih. Mengapa angka 25 kg jadi patoka? akan di uraikan atau di jelaskan dibawah ini

Dalam 1 ha itu artinya luasan 10.000 m2. Atau untuk mudahnya 1 ha itu 100 m x 100 m
100 m = 10,000 cm

Bila jarak tanam 25 x 25 cm, jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
=> 10.000 cm/25cm x 10.000 cm/25cm =
=>        400               x        400               =
=>  160.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 160.000 = 480.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.

Maka : 27/ 1000 x 480.000 = 12.960 g atau 12,96 kg atau kita bulatkan jadi 13 kg
Kok sedikit? bukannya rekomendasinya 25 kg?, itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.

Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhnya 90 % saja maka ada 10 % yang tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti Serangga, tikus, burung, keong dll serta penyakit tanaman yang harus kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Jadi total yang hilang 2,5 + 3,5 kg = 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 25 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (13 + 6) kg = 6 kg

Bila jarak tanam 20 x 25 cm,
Jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
=> 10.000 cm/20cm x 10.000 cm/25cm =
=>        500               x        400               =
=> 200.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 200.000 =600.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.

Maka: 27/ 1000 x 600.000 = 16.200 g atau 16,2 kg

Jumlah benih lebih banyak. itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.
Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhya 90 % saja maka ada 10 % yanga tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti tikus, burung, keong dll kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Total yang hilang 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 20 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (16,2 + 6) kg = 2,8 kg ( jarak tanam ini yang mendekati rekomendasi dari kementan )

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/kebutuhan-benih-padi-per-hektar.html

Sunday, May 26, 2013

BENIH BERMUTU



Padi disebut benih bila masih dalam bentuk gabah, sedangkan bibit adalah gabah yang telah tumbuh, bisa di areal persemaian atau di tempat lainnya seperti di tanam di besek, di ember dll

Jadi untuk Benih Unggul di sini, kita melihat dari segi gabahnya. Jadi Ciri-ciri benih bermutu adalah:
1.      Benih tersebut diketahui varietasnya dan bersertifikat atau berlabel.
2.      Tingkat kemurniannya mencapai 98%.
3.      Daya tumbuhnya di atas 80%.
4.      Bernas dan seragam.
5.      Potensi hasilnya tinggi.
6.      Sehat artinya bebas dari infeksi jamur dan bersih dari hama . dll

Sehingga apabila benih bermutu tersebut ditanam akan menghasilkan bibit bermutu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
• Pertumbuhan bebit seragam.
• Menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
• Ketika bibit dipindah, tumbuh lebih cepat, kokoh dan menghijau
• Tahan hama dan penyaakit
• Produktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pendapatan petani.
• dll

Sumber:
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/benih-bermutu.html

PADI VARIETAS PANDAN WANGI



Nama Varietas
:
Pandan Wangi
Kelompok
:
Padi
Nomor Seleksi
:
Balitpa 1644
Asal Persilangan
:
Populasi varietas lokal pandanwangi cianjur 1596    



Golongan
:
Berbulu
Umur Tanaman
:
100-105 hari
Bentuk Tanaman
:
Kompak
Tinggi Tanaman
:
80-85 cm
Anakan Produktif
:
15-18 batang
Warna Kaki
:
Hijau
Warna Batang
:
Hijau
Warna Telinga Daun
:
Tidak berwarna
Warna Lidah Daun
:
Tidak berwarna
Warna Helai Daun
:
Hijau
Muka Daun
:
Kasar
Posisi Daun
:
Tegak
Daun Bendera
:
Tegak
Bentuk Gabah
:
Bulat
Warna Gabah
:
Kuning mas
Kerontokan
:
Tahan
Kerebahan
:
Kurang tahan
Tekstur Nasi
:
Pulen
Kadar Amilosa
:
23%
Bobot 1000 Butir
:
27-29,7 g
Rata – Rata Produksi
:
5,7 ton/ha
Potensi Hasil
:
6 – 7,4 ton/ha
Ketahanan Terhadap Hama
:
Rentan terhadap hama Wereng Coklat biotipe 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit
:
Rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain 4, rentan terhadap penyakit tungro
Anjuran
:
Baik ditanam di Kabupaten Cianjur
Pemulia
:
Dr. Aan A. Daradjat, Ir. Suwito, MS
Dilepas Tahun
:

Nama Dagang
:



Sumber :
http://www.puslittan.bogor.net
http://oksigenpertanian.wordpress.com/
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/padi-varietas-pandan-wangi.html

PADI VARIETAS IR 64

Nama Varietas
:
IR 64
Kelompok
:
Padi Sawah
Nomor Seleksi
:

Asal Persilangan
:




Golongan
:
Cere
Umur Tanaman
:
85-115 Hari
Bentuk Tanaman
:
Tegak
Tinggi Tanaman
:
95 – 100 cm
Anakan Produktif
:
Banyak
Warna Kaki
:
Hijau
Warna Batang
:
Hijau
Warna Telinga Daun
:
Hijau Pucat
Warna Lidah Daun
:
Hijau Pucat
Warna Helai Daun
:
Hijau Muda
Muka Daun
:
Kasar
Posisi Daun
:
Tegak
Daun Bendera
:
Tegak
Bentuk Gabah
:
Panjang ramping
Warna Gabah
:
Kuning bersih
Kerontokan
:
Tahan
Kerebahan
:
Tahan
Tekstur Nasi
:
Pera
Kadar Amilosa
:
24,1%
Bobot 1000 Butir
:
27-28 g
Rata – Rata Produksi
:
4 ton/ha
Potensi Hasil
:
3 – 5,5 ton/ha  
Ketahanan Terhadap Hama
:
Tahan Terhadap Wereng Coklat biotipe 2 dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit
:
Agak Tahan Hawar daun Bakteri Strain 4
Anjuran
:
Dapat di tanam pada penghujan
Pemulia
:

Dilepas Tahun
:

Nama Dagang
:


Sumber :
http://oksigenpertanian.wordpress.com/
http://baranur-agriscience.blogspot.com/2013/05/padi-varietas-ir-64.html

+